Senin, 23 Februari 2015

TOMCAT

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KUMBANG Paederus sp, 

"TOMCAT"

 

A. BIOEKLOGI Paederus sp.

Klasifikasi taksonomi Paederus sp. sebagai berikut :
Phylum     : Arthropoda
Kelas       : Hexapoda
Ordo        : Coleoptera (kumbang)
Famili      : Staphylinidae
Genus     : Paederus
Species  : Paederus littorarius, Paederus Fuscipes
Di Indonesia, kumbang ini dikenal dengan nama semut semai, sedangkan di Malaysia disebut Charlee (semut kayap). Kumbang Paederus sp. disebut juga TOMCAT karena bentuk badannya mirip pesawat tempur Tomcat (F-14). Paederus sp. juga disebut Rove Beetle atau kumbang penjelajah/pengelana karena aktif berjalan - jalan. Disetiap wilayah di Indonesia, kumbang Paederus sp. ini mememiliki nama lokal tersendiri.
Keberadaannya umum tersebar diberbagai belahan dunia, khusunnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang Paederus sp. pernah dilaporkan menimbulkan wabah dermatitis di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India. 
Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, sereng hijau dan hama kedelai.

B. MORFOLOGI Paederus sp

  1. Berukuran panjang antara 7 - 10 mm dan lebar antara 0,5 sampai 1 mm.
  2. Tubuh berbentuk memanjang, terbagi menjadi tiga bagian kepala, toraks dan 3 ruas abdomen. Badan berwarna dasar coklat muda.
  3. Kakinya terdiri atas 3 pasang dan tidak berkuku
  4. Bersayap tidak sempurna dan berwarna gelap, terdiri dari dua pasang, tetapi tidak menutupi seluruh abdomen. Sayap depan mengeras disebut elitera dan berfungsi sebagai perisai, sedangkan sayap yang kedua membranus atau bening digunakan untuk terbang (bila kondisi tertentu).
  5. Bila terancam akan menaikkan bagian perut sehingga nampak seperti kalajengking.\
  6. Berkaki panjang, tipe N), serangga pejalan cepat.

C. HABITAT DAN PERILAKU Paederus sp.

  1. Berkembang biak di habitat yang lembab seperti daun busuk basah dan tanah.
  2. Daur hidup dari telur - imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari, Prepupa = 1   hari, dan Pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari dan serangga jantan adalah 109,2 hari.
  3. Kemampuan bertelur 106 butir per betina. Masa inkubasi telur semala 4 hari.
  4. Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret dan April) dan kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering pada bulan - bulan berikutnya dan bersifat nokturnal (malam hari).

D. BAGAIMANA KUMBANG INI BISA BERPERAN SEBAGAI HAMA BAGI MANUSIA

  1. Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya dengan berjalan di permukaan tanah atau melaluli tajuk tanaman.
  2. Pada malam hari ia terbang dan berjalan tertarik pada lampu pijar dan neon, dan sebagai akibantnya secara tidak sengaja bersentuhan dengan kehidupan manusia.
  3. Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk tangan sehingga bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan hemolimfe yang berisi prederin (C25H4O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan menimbulkan reaksi gatal - gatal, rasa terbakar, eritema dan mengalir keluar 12 - 48 jam kemudian.
  4. Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif tertentu pada betina (+) tampaknya berperan penting untuk sintesis pederin. DNA dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus Pseudomonas dan Pseudomonas aeruginosa.

E. GEJALA KLINIS AKIBAT Paederus sp.

Kulit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas. Setelah 24 - 48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar. Manifestasi klinis yang terjadi sebagai berikut :  

F. TATALAKSANA KASUS PADA PENDERITA AKIBAT Paederus sp.

  1. Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga tersebut.
  2. Berikan pengobatan sebagaimana penanganan pada kasus dermatitis contact irritant, contohnya pemberian krim kortikosteroid.
  3. Apablia sudah timbul lesi seperti luka bakar, segera kompres kulit dengan cairan antiseptik Dingin.
  4. Apabila lesi sudah pecah, dapat diberi krim antibiotik dengan kombinasi steroid ringan.
  5. Ingatkan kepada pasien agar jangan menggaruk luka.
  6. Jangan taburi luka dengan balsem atau bedak.
  7. Beri antihistamin dan analgesik oral untuk simptomatis.

G. SEPULUH UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT

  1. Jika menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit.
  2. Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.
  3. Bila kumbang di kulit kita, singkirkan hati - hati, meniup atau menggunakan kertas.
  4. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit.
  5. Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan kumbang.
  6. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk.
  7. Tidur menggunakan kelambu.
  8. Lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia.
  9. Semprot dengan insektisida rumah tangga, harus dipastikan terkena langsung pada serangga sasaran.
  10. Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada disekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus.

H. UPAYA PENGENDALIAN POPULASI Paederus sp. DI PERMUKIMAN] 

  1. Jika populasi Paderus sp. sedikit, maka lakukan penyemprotan langsung pada target serangga dengan insektisida rumah tangga.
  2. Jika populasi Paederus sp. padat pada permukiman, maka lakukan penyemprotan residual, dengan tetap mengedepankan pemakaian insektisida nabati.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar